Bertanyalah
kita. Hari ini. Sejenak saja. Kepada
diri sendiri. Tentang sebuah lambang keberartian dan makna hidup yang sangat
mendalam : kelayakan untuk dicintai.
Layakkah kita dicintai ???
Itulah
sebuah pertanyaan besar yang muncul.
Sebab cinta
tak dipersembahkan untuk padang jiwa yang hampa. Hidup tak akan memberi ruang
untuk orang-orang yang kikir. Yang hatinya beku. Yang hanya bisa merusak,
pandai mengkhianati, menyakiti, dan tak pernah bisa untuk merajut kembali.
Kelayakkan
dicintai adalah definisi dari sebuah kapasitas diri dan keberartian.
Bila daya
manfaat dan keberartian merupakan labuhan cinta, maka sumber dan mata air keberartian
itu ada pada kekuatan kejujuran. Pada wilayah kebersamaan, kejujuran adalah
garansi yang menjamin tertunaikannya hak orang lain dari diri kita.
Kelayakkan
untuk dicintai berpulang pada banyak sebab. Ada dedikasi disana. Sebab
kelayakkan itu tak datang dengan percuma. Tanpa harga dan tanpa biaya.
TIDAK !!!!!!
Menjadi
beriman adalah pilihan tetapi menjadi beriman yang memiliki daya cinta adalah
kerja keras dan perjuangan yang panjang.
Kelayakkan
untuk dicintai memang harus selalu dipertanyakan. Sebab, cinta bukan menuntut
tetapi mematut diri.
Betapa
indahnya bila hidup kita diisi dengan cinta. Biarkan cinta itu mengalir bebas
ke sungai-sungai kehidupan yang kita lalui. Deras menghaluskan batu-batu dan
karang kehidupan. Bahkan akhirnya meluluhkannya. Cintailah sampai kemuara, agar
kita betul-betul bisa berlayar di samudera cinta.
Sesungguhnya dalam bahasa iman tidak ada istilah cinta bertepuk sebelah tangan. Karena selalu ada tangan yang akan menepuk kita sebagai balasannya yaitu “tangan” ALLAH. Karena cinta, sejujurnya adalah ketulusan untuk selalu memberi. Wallahua’alam…..
Juli 2007
C.Na
Tidak ada komentar:
Posting Komentar